10.07 / Diposting oleh eLLiYa's EdUcAtiOn bLoG / komentar (0)


Bekal bagi para guru untuk dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator salah satunya adalah memahami prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa. Ada lima faktor yang penting diperhatikan dalam prinsip psikologis pembelajaran berpusat pada siswa, yaitu:
(a) Faktor Metakognitif dan kognitif yang menggambarkan bagaimana siswa berpikir dan mengingat, serta penggambaran faktor-faktor yang terlibat dalam proses pembentukan makna informasi dan pengalaman;
(b) Faktor Afektif yang menggambarakan bagaimana keyakinan, emosi, dan motivasi mempengaruhi cara seseorang menerima situasi pembelajaran, seberapa banyak orang belajar, dan usaha yang mereka lakukan untuk mengikuti pembelajaran.
Kondisi emosi seseorang, keyakinannya tentang kompetensi pribadinya, harapannya terhadap kesuksesan, minat pribadi, dan tujuan belajar, semua itu mempengaruhi bagaimana motivasi siswa untuk belajar;
(c) Faktor Perkembangan yang menggambarkan bahwa kondisi fisik, intelektual, emosional, dan sosial dipengaruhi oleh faktor genetik yang unik dan faktor lingkungan;
(d) Faktor Pribadi dan sosial yang menggambarkan bagaimana orang lain berperan dalam proses pembelajaran dan cara-cara orang belajar dalam kelompok. Prinsip ini mencerminkan bahwa dalam interaksi sosial, orang akan saling belajar dan dapat saling menolong melalui saling berbagi perspektif individual;
(e). Faktor Perbedaan Individual yang menggambarkan bagaimana latar belakang individu yang unik dan kapasitas masing-masing berpengaruh dalam pembelajaran. Prinsip ini membantu menjelaskan mengapa individu mempelajari sesuatu yang berbeda, waktu yang berbeda, dan dengan cara- cara yang berbeda pula. Berikut akan diuraikan penjabaran masing-masing faktor.

A.FAKTOR METAKOGNITIF DAN KOGNITIF

Prinsip 1: Dasar proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu proses alamiah untuk mencapai tujuan yang bermakna secara pribadi, bersifat aktif, dan melalui mediasi secara internal, merupakan proses pencarian dan pembentukan makna terhadap informasi dan pengalaman yang disaring melalui persepsi unik, pemikiran, dan perasaan siswa (siswa).
Prinsip 2: Tujuan proses pembelajaran. Siswa mencari untuk menciptakan makna, representasi pengetahuan melalui kuantitas dan kualitas data yang tersedia.
Prinsip 3: Pembentukan pengetahuan. Siswa mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki melalui cara-cara yang unik dan penuh makna.
Prinsip 4: Pemikiran tingkat tinggi . Startegi tingkat tinggi untuk ”Berikir tentang berpikir”- untuk memantau dan memonitor proses mental, memfa-silitasi kreativitas dan berpikir kritis.

B. FAKTOR AFEKTIF

Prinsip 5: Pengaruh motivasi dalam pembelajaran. Kedalaman dan keluasan informasi diproses, serta apa dan seberapa banyak hal itu dipelajari dan diingat dipengaruhi oleh:
(a).kesadaran diri dan keyakinan kontrol diri, kompetensi, dan kemampuan,
(b). kejelasan nilai-nilai personal, minat, dan tujuan,
(c). harapan pribadi terhadap kesuksesan dan kegagalan, (d). afeksi, emosi, dan kondisi pikiran secara umum, dan
(e). tingkat motivasi untuk belajar.

Prinsip 6: Motivasi intrinsik untuk belajar. Individu pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu dan menikmati pembelajaran, tetapi pemikiran dan emosi negatif (misalnya perasaan tidak aman, takut gagal, malu, ketakutan mendapat hukuman, atau pelabelan/stigmatisasi)dapat
mengancam antusiasme mereka.
Prinsip 7: Karakteristik tugas-tugas pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi. Rasa ingin tahu, kreativitas, dan berpikir tingkat tinggi dapat distimulasi melalui tugas-tugas yang relevan, otentik yang memiliki tingkat kesulitan dan kebaruan bagi masing-masing siswa.

C. FAKTOR PERKEMBANGAN

Prinsip 8: Kendala dan peluang perkembangan. Kemajuan individual dipengaruhi perkembangan fase-fase fisik, intelektual, emosional, dan sosial yang merupakan fungsi genetis yang unik serta pengaruh faktor lingkungan.

D. FAKTOR PERSONAL DAN SOSIAL

Prinsip 9: Keberagaman sosial dan budaya. Pembelajaran difasilitasi oleh interaksi sosial dan komunikasi dengan orang lain melalui seting yang fleksibel, keberagaman (usia, budaya, latar belakang keluarga, dsb) dan instruksional yang adaptif.
Prinsip 10: Penerimaan sosial, harga diri, dan pembelajaran. Pembelajaran dan harga diri sangat terkait ketika individu dihargai dan dalam hubungan yang saling peduli satu dengan yang lain sehingga mereka dapat saling mengetahui potensi, menghargai bakat-bakat unik dengan tulus, dan menerima mereka saling dapat menerima sebagai individu.

E. FAKTOR PERBEDAAN INDIVIDU

Prinsip 11: Perbedaan individual dalam pembelajaran. Meskipun prinsisp-prinsip dasar pembelajaran, motivasi, dan instruksi afeksi berpengaruh terhadap semua siswa (termasuk suku, ras, jender, kemampuan fisik, agama, dan status sosial), siswa memiliki perbedaan kemampuan dan preferensi dalam model dan strategi pembelajaran. Perbedaan-perbedaan ini merupakan pengaruh dari lingkungan (apa yang dipelajari dan dikomunikasikan dalam budaya dan kelompok sosial yang berbeda) dan keturunan (apa yang muncul sebagai fungsi genetis).
Prinsip 12: Filter kognitif. Keyakinan personal, pemikiran, dan pemahaman berasal dari pembelajaran dan interpretasi sebelumnya, hal ini dapat menjadi dasar individual dalam pembentukan realitas dan interpretasi pengalaman hidup.

PENGERTIAN PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA SISWA (LEARNER-CENTERED)

09.43 / Diposting oleh eLLiYa's EdUcAtiOn bLoG / komentar (0)



Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran dengan
menggunakan sepasang perspektif, yaitu fokus pada individu pembelajar (keturunan, pengalaman, perspektif, latar belakang, bakat, minat, kapasitas, dan kebutuhan)
dengan fokus pada pembelajaran (pengetahuan yang paling baik tentang pembelajaran dan bagaimana hal itu timbul serta tentang praktek pengajaran yang paling efektif dalam meningkatkan tingkat motivasi, pembelajaran, dan prestasi bagi semua pembelajar.
Fokus ganda ini selanjutnya memberikan informasi dan dorongan
pengambilan keputusan pendidikan. Perspektif yang berpusat pada siswa ini
merupakan suatu refleksi dari duabelas (12) prinsip psikologis pembelajaran berpusat pada siswa dalam program, praktek, kebijakan, dan orang-orang yang mendukung pembelajaran untuk semua.

Berdasarkan prinsip dasar pembelajaran berpusat pada siswa, maka untuk
memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan orientasi antara pembelajaran
berpusat pada siswa dan pembelajaran yang tidak berpusat pada siswa, diciptakan
dua profil yang berlawanan, yaitu
(a). Profil guru dengan asumsi berpusat pada siswa,
dan (b). Profil guru dengan asumsi tidak berpusat pada siswa.

a. Profil guru dengan asumsi berpusat pada siswa:

Semua siswa memiliki potensi untuk belajar. Dalam rangka untuk memaksi-
malkan pembelajaran, kita perlu membantu para siswa merasa nyaman mendis-
kusikan perasaan dan keyakinan mereka. Memperhatikan kebutuhan sosial,
emosional, dan fisik para siswa merupakan hal yang sangat penting harus
dimunculkan dalam pembelajaran. Membantu para siswa memahami bagaimana
keyakinan mereka terhadap diri mereka sendiri mempengaruhi pembelajaran, hal ini sama pentingnya dengan membantu mereka dalam ketrampilan akademisnya. Para
siswa memiliki kemampuan alamiah untuk memperoleh pembelajaran sendiri.
Ketika para guru merasa rileks dan nyaman dengan diri mereka sendiri, mereka
memiliki akses untuk mencapai kebijaksanaan alamiah untuk mengatasi berbagai
kesulitan di dalam kelas. Kemauan untuk berhubungan dengan masing-masing siswa
merupakan suatu keunikan individual yang dapat memfasilitasi pembelajaran. Guru
perlu mendukung para siswa untuk memperoleh minatnya masing-masing di sekolah
dan mengkaitkan pembelajaran dengan situasi kehidupan nyata mereka.
Menerima siswa dimanapun berada akan membuat mereka lebih siap belajar.
Guru memiliki keyakinan bahwa mereka mampu membuat suatu perbedaan dengan
semua siswa. Melihat sesuatu dari sudut pandang siswa merupakan suatu kunci bagi
kebaikan kinerja mereka di sekolah. Guru meyakini bahwa mendengarkan siswa
merupakan salah satu cara menolong mereka menyelesaikan persolan mereka sendiri.

b. Profil guru dengan asumsi tidak berpusat pada siswa:

Guru berkeyakinan jika para siswa tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik,
mereka (para siswa) harus kembali ke dasar dan lebih banyak mengembangkan
hafalan dan ketrampilan. Pekerjaan utama guru adalah membantu siswa memenuhi
standar kurikulum. Membiarkan mereka berjalan sendiri merupakan satu hal yang
tidak mungkin, karena kebanyakan siswa tidak dapat dipercaya untuk belajar apa
yang seharusnya mereka ketahui. Jika guru tidak memberikan arah bagi siswa, maka
siswa tidak akan mendapat sesuatu jawaban yang benar. Mengetahui bahan pelajaran dari guru merupakan kontribusi yang sangat penting, guru dapat membuat siswa belajar. Guru yang baik selalu mengetahui lebih banyak daripada siswanya.
Banyak alasan yang kompleks mengapa para siswa berperilaku tidak tepat.
Selain itu, guru tidak dapat mempengaruhi sesuatu yang terjadi di luar sekolah. Jika
guru memberikan kontrol yang ketat pada para siswa, maka para siswa itu akan
memperoleh banyak keuntungan dari guru. Agar supaya siswa menghargai guru
sebagai pengajar, maka sangat perlu mempertahankan peran guru sebagai figur yang otoriter.. Satu hal lagi yang paling penting, guru dapat mengajar para siswa bila
mereka mengikuti aturan main dan mengerjakan seperti apa yang diharapkan di
dalam kelas. Kemampuan bawaan itu sangat pasti dan beberapa siswa tidak dapat
belajar sebaik siswa yang lainnya. Beberapa siswa hanya tidak ingin belajar. Guru
seharusnya tidak banyak berharap dengan siswa yang secara terus menerus
menimbulkan masalah di kelas. Gurulah yang paling tahu apa yang dibutuhkan oleh
para siswa dan apa yang paling penting untuk para siswa. Para siswa seharusnya
menggunakan kata-kata yang diajarkan oleh guru, hal itu akan menjadi relevan
dengan kebutuhan dalam kehidupan siswa.

Kebanyakan guru tidak menujukkan karakteristik yang ekstrim pada satu profil,
tetapi mereka memiliki atribut pada kedua profil tersebut. Jadi, atribut tersebut
bersifat kontinum. Guru yang cenderung menunjukkan profil berpusat pada siswa
umumnya mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan lebih baik dengan para
siswa. Guru-guru ini cenderung mementingkan apa yang ingin dipelajari oleh para
siswa, termasuk dalam menentukan tujuan pembelajaran, dan mendorong siswa
untuk belajar mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam pembelajaran
mereka, kadang secara individual dan kadang-kadang dalam kerjasama kelompok.
Guru-guru ini lebih mampu menggambarkan bakat, kapasitas, dan kekuatan unik
masing-masing siswa yang membawa dorongan untuk pencapaian pembelajaran.
Guru yang berpusat pada siswa juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan
tidak hanya intelektual siswa tetapi juga perkembangan sosial dan emosional dalam
diri para siswa.

Student-Centered Learning

07.26 / Diposting oleh eLLiYa's EdUcAtiOn bLoG / komentar (0)



Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada
guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Melalui proses pembelajaran dengan keterlibatan aktif siswa ini berarti guru tidak mengambil hak anak untuk belajar dalam arti yang sesungguhnya. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada
siswa, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitasi untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam
(deep learning), dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa.Pembelajaran yang inovatif dengan metode yang berpusat pada siswa (Student
Centered Learning) memiliki keragaman model pembelajaran yang menuntut
partisipasi aktif dari siswa. Metode-metode tersebut diantaranya adalah:
(a). Berbagi informasi (Information Sharing) dengan cara: curah gagasan (brainstorming), kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok (group discussion), diskusi panel (panel discussion), simposium, dan seminar;
(b). Belajar dari pengalaman (Experience Based) dengan cara: simulasi, bermain peran (roleplay), permainan (game), dan kelompok temu;
(c). Pembelajaran melalui Pemecahan Masalah (Problem Solving Based) dengan cara: Studi kasus, tutorial, dan lokakarya.

Metode pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centered Learning) kini
dianggap lebih sesuai dengan kondisi eksternal masa kini yang menjadi tantangan
bagi siswa untuk mampu mengambil keputusan secara efektif terhadap problematika yang dihadapinya. Melalui penerapan pembelajaran yang berpusat pada siswa maka
siswa harus berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis,
mampu menganalisis dan dapat memecahkan masalah-masalahnya sendiri.

Tantangan bagi guru sebagai pendamping pembelajaran siswa, untuk dapat
menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa perlu memahami tentang
konsep, pola pikir, filosofi, komitmen metode, dan strategi pembelajaran. Untuk
menunjang kompetensi guru dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa maka
diperlukan peningkatan pengetahuan, pemahaman, keahlian, dan ketrampilan guru
sebagai fasilitator dalam pembelajaran berpusat pada siswa. Peran guru dalam
pembelajar berpusat pada siswa bergeser dari semula menjadi pengajar (teacher)
menjadi fasilitator. Fasilitator adalah orang yang memberikan fasilitasi. Dalam hal ini
adalah memfasilitasi proses pembelajaran siswa. Guru menjadi mitra pembelajaran
yang berfungsi sebagai pendamping (guide on the side) bagi siswa.

Persiapan menjadi fasilitator memerlukan upaya khusus yang berkesinam-
bungan. Selain bekal pengetahuan, juga diperlukan latihan-latihan yang terus
menerus agar supaya pengetahuan itu menjadi ketrampilan. Ibarat orang membuat
kue, tidak cukup hanya dengan mengumpulkan bahan-bahan dan membaca resep,
tetapi juga harus meramu sesuai resepnya, kemudian memasaknya. Bahkan kadang-
kadang diperlukan cara yang berbeda, dan penambahan bahan-bahan dengan
prosedur yang tepat sehingga dihasilkan kue yang lezat. Demikian pula menjadi
fasilitator, selain persiapan pengetahuan, latihan-latihan, juga perlu pengalaman.
Melalui pengalaman dan praktek menjadi fasilitator maka akan diperoleh tambahan
bekal yang semakin banyak sehingga kita akan dapat menemukan sendiri cara yang
tepat, efektif, dan efisien dalam memfasilitasi proses pembelajaran siswa.

Konsep-Konsep Penting dalam Student-Centered Learning

06.42 / Diposting oleh eLLiYa's EdUcAtiOn bLoG / komentar (0)


_ Pusat kegiatan belajar ada pada siswa
_ Tugas guru tidak lagi mentransfer informasi
_ tugas guru adalah memfasilitasi berlangsungnya kegiatan belajar oleh siswa, atau membantu siswa untuk belajar
_ belajar adalah kegiatan aktif dan self directed.
_ Pembelajar harus secara aktif melakukan refleksi untuk meningkatkan belajarnya
_ Motivasi belajar harus muncul secara intrinsic dari siswa
_ Belajar adalah aktivitas yang bersifat individual, sosial dan kolaboratif.
_ Guru bertindak sebagai fasilitator
_ Belajar adalah kegiatan bersama antara guru dan siswa
_ Pembelajar menentukan sendiri tujuan, metode untuk meraih tujuan tersebut, serta proses ujian untuk mengukur keberhasilan, dengan bantuan dan arahan guru.
_ Keahlian belajar akan meningkatkan kualitas belajar